Thus Spoke Zarathusta "You go to women? Do not forget the whip"

Sabtu, 05 Oktober 2013

Thus Spoke Zarathusta "You go to women? Do not forget the whip"


Mengapa kau menyelinap sembunyi-sembunyi di kala senja, Zarathustra? Dan apa yang kau sembunyikan dalam jubahmu? Apakah itu harta karun yang telah diberikan seseorang padamu? Ataukah bayi yang telah kau lahirkan? Atau kau sedang melakukan misi untuk mencuri, apakah kau seorang teman pencuri?

Sungguh, saudaraku, seru Zarathustra. ini adalah harta karun yang telah diberikan padaku: ini adalah kebenaran kecil yang aku bawa. Tetapi ia nakal seperti anak kecil, dan jika aku tidak tutup mulutnya ia akan menjerit sangat keras. Hari ini seraya aku berjalan seorang diri, pada saat matahari terbenam, seorang perempuan tua datang mendekatiku, dan berkata demikian ke jiwaku:„ Zarathustra juga banyak berbicara pada kita soal perempuan, tetapi ia tidak pernah berbicara pada kita mengenai perempuan. Dan ia menjawab "Seseorang hanya berbicara mengenai perempuan pada lelaki‟.

Ceritakanlah padaku tentang perempuan, kata perempuan tua; „Aku cukup tua dan segera akan melupakan semua ini.

Dan Zarathustra penuhi permintaan perempuan tua ini dan berseru padanya demikian: Segalanya mengenai perempuan adalah teka-teki, dan segalanya mengenai perempuan punya satu jawaban: yaitu dinamakan kehamilan. Laki-laki bagi perempuan itu berarti alat: tujuannya adalah anak. Tetapi apa perempuan bagi lelaki? ada Dua hal yang lelaki sejati inginkan: bahaya dan permainan. Maka ia menginginkan perempuan, perempuan sebagai permainan yang paling berbahaya. Lelaki musti dilatih untuk berperang, sedangkan perempuan untuk rekreasinya sang ksatria: kalu tidak begitu itu bodoh namanya. Buah yang terlalu manis, tidak disukai oleh sang satria. Maka ia suka perempuan; bahkan perempuan yang termanis pun tetap saja pahit rasanya. Perempuan lebih mengerti tentang anak daripada lelaki, tetapi lelaki lebih kekanak-kanakan daripada perempuan. Di dalam diri lelaki yang sejati bersembunyi jiwa kekanak-kanakan: ia ingin main. Mari kau para perempuan, temukanlah kekanakan dalam diri lelaki! Biar perempuan itu menjadi barang mainan, halus dan murni laksana batu permata berharga disinari kebajikan-kebajikan dunia yang belum lagi ada.Biar cahaya terang bintang berkilauan dalam cinta kamu! Biar harapan kamu berkata „Semoga aku melahirkan sang Superman!‟ Biar ada keberanian di dalam cinta kamu! Dengan cinta kau, kau musti serang ia dan menyulut rasa takut kau. Biar ada rasa hormat dalam cinta kau! Sedikit perempuan yang akan mengerti kehormatan, jika tidak. Biar kehormatan kau itu menjadi: selalu lebih mencintai daripada yang mencintai kau, jangan sampai ketinggalan. Biar lelaki takut pada perempuan ketika perempuan ini mencintai. Lalu perempuan ini akan membuat segala pengorbanan, dan segalanya ia anggap tidak berharga. Biar lelaki takut pada perempuan ketika perempuan ini membenci: karena dasar jiwa lelaki itu adalah jahat, sedangkan perempuan adalah buruk.Siapakah yang sangat dibenci perempuan?
 –
Maka berkata besi pada magnet:Aku sangat membenci kamu, karena kamu menarikku, tetapi tidak cukup kuat untuk menyeretku pada kamu.
 –
Kebahagiaan lelaki: Aku mau. Kebahagiaan perempuan: Laki-laki itu mau.
Perhatikan, sekarang dunia menjadi sempurna!‟ –  pikir setiap perempuan ketika perempuan itu patuh dengan sepenuh cintanya. Perempuan itu harus patuh dan menemukan kedalamannya bagi permukaannya. Jiwa perempuan adalah permukaan, berubah-ubah, selaput tipis yang bergejolak di atas air dangkal.Tetapi jiwa lelaki adalah dalam, alirannya menyembur deras dari gua-gua bawah tanah: perempuan merasakan kekuatannya tetapi tidak mengerti.

Lalu perempuan tua ini menjawab: „Zarathustra telah banyak berkata akan segala yang baik, khususnya bagi mereka yang cukup muda untuk ini. „Janggal, Zarathustra tahu hanya sedikit tentang perempuan, namun ia benar mengenai mereka! Apakah, karena dengan perempuan, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin?Dan sekarang terimalah satu kebenaran kecil ini sebagai rasa terimakasihku! Aku cukup tua untuk ini!

Bungkuslah dan tutup mulutnya: jika tidak demikan akan berteriak sangat keras, kebenaran kecil ini.

„Berikan aku kebenaran kecil kamu itu, perempuan! Zarathustra berkata. Lalu berkatalah perempuan tua ini:„ "Jika Kau mengunjungi perempuan ? Jangan lupa membawa cambuk!



Ini seruan Zarathustra.



0 komentar :

Posting Komentar